KESEPIAN
Kasih, rumah cintaku terbuat dari kasih sayangmu, Jauh di sana, di dekat hati yang sepi Penuh arak-arak kenangan........., menunggu angin dari bumi.
Kasih, rumah cintaku terbuat dari kasih sayangmu, Jauh di sana, di dekat hati yang sepi Penuh arak-arak kenangan........., menunggu angin dari bumi.
Tiap saat dengan pakaian lusuh........., Mata berkaca-kaca, selalu aku tergoda menatap bayangmu. (Menjaga arah angin jangan sampai jauh)
Kasih, bintang-bintang sering mengajakku bermain, dekat telaga dimana mereka mandi. Tapi aku takut meninggalkan bonekaku........., Matanya sering berkedip-kedip menahan tangis.
(Cintaku sudah terlanjur bersatu dengan airmatanya)
Bagaimana aku bisa meninggalkannya,
seperti aku tak pernah bisa meninggalkanmu!
Kesepian itu telah melengkapi cinta.........., Keletihan itu telah membuahi cinta.
Aku ingin mati disini dan kembali ke sana. Di dunia yang penuh dengan embun hijau muda........., tersenyum sambil mencabuti bunga-bunga putih.
Bolehkah?
(Cisaladah Mei ’85)